Sabtu, 10 Januari 2015

Resensi Cerpen Robohnya Surau Kami

Ø  Data Publikasi
Judul                     : Robohnya Surau Kami
Pengarang             : A.A. Navis
Tahun                    : Cetakan ketujuh belas: November 2010
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman    : 142 halaman
ISBN                      : 978-979-22-6129-5

            Cerpen berjudul Robohnya Surau Kami merupakan sebuah prosa karya A.A. Navis. Sebuah cerpen yang bercerita tentang hakikat dan tujuan hidup manusia. Cerpen Robohnya Surau Kami bagi kami merupakan cerpen yang syarat akan makna dan pesan moral.
Sebuah cerpen yang mengkisahkan perjalanan hidup seorang kakek yang tawadu’ dalam beragama namun harus meninggalkan hidup dengan ketidak pantasan. Seorang kakek penjaga surau tua yang pekerjaan sehari-harinya  menjaga surau sebagai tempat orang-orang beribadah, menjadi tukang asah pisau bagi ibu-ibu rumah tangga yang hendak meminta tolong dengan imbalan seikhlasnya, serta sebagai jagal ayam jika diminta tolong oleh tetangganya. Seorang kakek penjaga surau yang hidup dengan penuh kesederhanaan tanpa harta tak selebih pencukup kebutuhan pokok atau primer.Hasil kerjanya tidak untuk orang lain ,apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Sebuah kehidupan yang hanya berjalan seiring terkikisnya waktu, bagai terkikisnya raut kening yang legam karena waktu memakan usia.
Di dalam perjalanan kisah sang kakek, awalan tak selalu sejalan dengan akhiran. Maksud dari pernyataan tersebut menggambarkan bahwa seorang kakek yang tawadu’ pun meninggalkan dunia dengan cara bunuh diri, menggorok lehernya menggunakan pisau cukur karena frustasi. Hal ini terjadi karena sang kakek mendapat goncangan batin akibat mendengarkan sebuah kisah yang diceritakan oleh seorang pemuda yang bernama Ajo Sidi. Dia berkisah kehidupan orang yang lebih mementingkan ibadah untuk kehidupan akhiratnya dibandingkan hal duniawi.
Dari sinopsis cerita yang mampu kita pahami dari permukaan, kita mampu mengupas lebih dalam akan makna dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Cerpen Robohnya Surau Kami memberi pesan moral tentang cerminan bangsa Indonesia. Navis seperti ingin mengingatkan kita yang seringkali berpuas diri dalam ibadah, tapi sesungguhnya lupa memaknai ibadah itu sendiri. Kita rajin sahalat, mengaji dan kegiatan ritual keagamaan lainnya karena kita takut masuk neraka. Kita menginginkan pahala dan keselamatan hanya untuk diri kita sendiri. Kita melupakan kebutuhan orang lain. Karenanya kita tidak merasa berdosa dan bersalah ketika mengambil hak orang lain, menyakiti perasaan sesama atau bahkan melakukan ketidakjujuran dan kemaksiatan di muka bumi.
A.A. Navis menggunakan gaya bahasa yang biasa digunakan dalam bidang keagamaan (Islam), seperti garin, Allah Subhanau Wataala, Alhamdulillah, Astagfirullah, Masya-Allah, Akhirat, Tawakal, dosa dan pahala, Surga, Tuhan, beribadat menyembah-Mu, berdoa, menginsyafkan umat-Mu, hamba-Mu, kitab-Mu, Malaikat, neraka, haji, Syekh, dan Surau serta fitrah Id, juga Sedekah.
Sedangkan majas yang digunakan dalam cerpen ini di antaranya majas alegori karena di dalam cerita ini cara berceritanya menggunakan lambang, yakni tokoh Haji Saleh dan kehidupan di akhirat, atau lebih tepatnya menggunakan majas parabel (majas ini merupakan bagian dari majas alegori) karena majas ini berisi ajaran agama, moral atau suatu kebenaran umum dengan mengunakan ibarat. Majas ini sangat dominan dalam cerpen ini.
       Kisah ini secara garis besar bercerita tentang gambaran bangsa Indonesia. Seperti contoh bercerita tentang keberadaaan seseorang yang sangat kaya hingga mampu beribadah haji berulangkali namun tidak mampu memahami hakikat atas apa yang dilakukannya, sehingga tetangga sekitarnya masih ada yang tidak terbantu atas rejeki yang dimiliki. Bercerita tentang negeri yang serba melimpah, makmur, sejahtera, hijau dan lohginawi. Namun, rakyatnya masih ada sebagian besar yang kelaparan. Negeri yang kaya akan tambang dan subur. Namun, rakyatnya malas dan senang berfoya serta membiarkan asset negerinya terjamah oleh orang lain demi kepentingan kapitalis semata. Dari hal seperti itu, kekayaan berimpit dengan kemalasan, serta akan menjadikan pendapatan perkapita negara pun rendah.
Robohnya Surau Kami merupakan judul cerpen yang jika kita refleksikan mampu memberikan makna tentang “robohnya negeri kami”. Sebuah surau yang bermakna negeri dari hasil peninggalan yang dijaga secara tawadu’ oleh para leluhur. Namun, harus roboh karena puing-puing pondasi yang terus terbiarkan dan diambil sebagai “bahan bakar masak” oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab.
Dalam cerita ini sarat mengandung nilai – nilai, pengarang juga mengajak pembaca agar dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Maka cerita pendek ini sangatlah pantas jika kita baca untuk direnungkan dan direfleksikan. Dalam sebuah kontemplasi jiwa yang bijak untuk mampu diimplementasikan dalam kehidupan.
      




Tidak ada komentar:

Posting Komentar